image

Kumbhamela dalam Veda

"Kumbho vanisturjanita,
sacibhir yasminnagre,
yonyam garbho’ntah
Plasir vyaktah,
satadhara’utso duhena,
kumbhi svadha pitrbhyah
(Sukla Yajur Veda 19.87)

“Perbuatan-perbuatan mulia yang dilakukan dalam, Festival Suci Kumbhamela memberikan manfaat kesukaan material kepada umat manusia, dan setelah meninggal memberikan pahala kebahagiaan tertinggi.”

Perayaan festival mandi suci Kumbhamela di Prayag atau Allahabad di India Utara, kini sedang menjadi berita besar dunia. Media internasional menyimpulkan bahwa Kumbhamela merupakan festival kumpulan manusia terbesar di dunia, “The Biggest Religious Gathering, on Earth”, yaitu perayaan keagamaan terbesar yang ada di muka bumi ini. Herbner dan Osborn memberikan julu- kan untuk Kumbhamela sebagai perayaan keagamaan terbesar di dunia (the greatest religious gathering in the world), rasanya tidaklah berlebihan.

Bayangkan jika satu tempat dibanjiri oleh 35 juta orang dalam satu hari, jumlah yang belum ada tercatat di tempat lain di dunia. Kebetulan kami bersama rombongan berjumlah 51 orang hadir pada puncak mandi suci tahun 2001 di Triveni mengikuti festival Maha Kumbhamela. Rombongan terdiri dari 51 orang, merupakan rombongan tirthayatri pertama Indonesia yang mengikuti Kumbhamela, disusul rombongan lain bersama 4 orang Pandita: 2 orang Pedanda dan 2 orang Begawan. Pada Ardha Kumbhamela tahun 2019 ini banyak warga Indonesia yang menghadiri Kumbhamela, baik pribadi maupun berombongan. Beberapa travel agent bahkan membawa group tirthayatri mengunjungi Ardha Kumbhamela 2019 di Prayagraj ini dalam Veda lebih dari sekali.

Festival mandi suci Kumbhamela di Prayagraj/Allahabad dilaksanakan selama rentang waktu kurang lebih dua bulan, yang mencakup pergantian tiga masha (sebutan untuk bulan dalam kalender Hindu) yaitu bulan Pausha, Magha, dan Phalguna. Bulan Pausha sesuai kalender Hindu dimulai pada bulan Desember kalender Masehi, bulan Magha mulai pada bulan Januari, dan bulan Phalguna mulai pada bulan Maret. Khususnya bulan Magha diyakini sebagai bulan teramat suci untuk mandi suci di sungai-sungai atau danau suci khususnya di Prayagraj, India Utara. Para Yogi, Resi, Acharya dan Guru-Guru Suci meninggalkan pashraman atau tempat-tempat bertapanya di goa-goa di Himalaya untuk menghadiri festival mandi suci Kumbhamela. Pada Maha Kumbhamela 2001 di Prayagraj tercatat 72 juta jumlah pengunjung selama Kumbhamela berlangsung. Pada hari puncak mandi suci diperkirakan antara 35-40 juta orang hadir hanya dalam satu hari. Demikian pula kepadatan pengunjung pada Kumbhamela 2013, diperkirakan 40 juta orang yang hadir pada hari puncak mandi suci, dan menurut Wikipedia jumlah pengunjung selama Kumbhamela 2013 mencapai 100 juta orang.

Sebagai orang yang menyenangi (bila tidak bisa dikatakan menekuni) kitab suci, penulis secara pribadi merasa sulit menerima sesuatu jika ia tidak bersumber pada sastra suci Veda. Ternyata festival mandi suci Kumbhamela memang berdasarkan pada sastra suci Veda. Sukla Yajur Veda secara langsung menyebut dengan kata kumbha. Smrti Sastra seperti Dharma Sastra dan literatur Veda lainnya sangat banyak menjelaskan tentang kemuliaan Kumbhamela, tentu saja yang paling banyak dan secara detail menjelaskan tentang Kumbhamela adalah sastra-sastra Purana (18 purana dan 18 upapurana serta Itihasa (Ramayana dan Mahabharata).

Otoritas terawal, terakhir dan tertinggi ditempati oleh sastra suci Catur Veda (vedo khilo dharma-mulam), terutama Rg Veda, disusul oleh Yajur, Sama dan Atharva Veda. Keempat pustaka suci ini (Rg, Yajur, Sama, dan Atharva Veda) menjelaskan perihal kemuliaan dari festival Kumbha (-mela). Dengan demikian, bagi umat Hindu Dharma, ia merupakan suatu festival suci yang “wajib” diikuti, dalam kesadaran sebagai umat penganut ajaran Veda. Tentu saja, pustaka suci Veda tidak pernah memberikan petuah atau ajaran-ajaran “harga mati” alias yang harus dilakukan tanpa tawar menawar, atau tidak boleh tidak dilakukan. Pustaka suci Veda menaburkan ajaran-ajaran “intan berlian” tiada harga dalam tawaran keterbukaan mereka yang menerimanya. Dilakukan bagus, tidak dilakukan juga bagus. Ia tidak menjadi sebuah “perintah” yang mengharuskan umat untuk mengikutinya.

Menurut kutipan Sukla Yajur Veda, orang yang dengan keyakinan serta hati suci bersih melakukan mandi suci pada saat Kumbhamela berlangsung, maka mereka akan mendapatkan kemuliaan selama hidup dan setelah meninggal akan mendapatkan kedamaian abadi.

Rg Veda beberapa kali menyebutkan kemuliaan Kumbhamela dengan penyebutan kata kumbha; kumbhi vedyam ma vyathistha, satakumbham asincatam surayah, dan banyak lagi mantra Rg Veda yang menjelaskan perihal Kumbhamela. Atharva Veda juga menyebutkan kemuliaan Kumbhamela melalui kata kumbhi (kumbhika dusikah piyakan). Sedangkan Sama Veda menyebutkan Kumbhamela dengan sebutan Kalasa. Rg Veda lebih menekankan pada kemuliaan melakukan Dana-punia (derma) dan Homa/Agnihotra atau yajna lain serta perbuatan-perbuatan mulia lainnya selama festival suci Kumbhamela berlangsung. Derma dan Agnihotra yang dilaksanakan pada Kumbhamela dapat menghancurkan kumpulan papa-dosa akibat karma-karma pada kehidupan lampau dan sekarang (bibhedagirim navabhinna kumbha-bha ga indro akrnuta svayugbhih).

Kumbhamela berasal dari kata kumbha dan mela. Kumbha, juga disebut Kalasa, adalah periuk suci tempat amerta, dan mela berarti festival. Kumbhamela adalah festival amerta kehidupan yang dalam praktiknya diselenggarakan dengan cara mandi suci di empat tempat pusat-pusat permandian di sungai suci, yaitu yang pertama adalah Haridwar, tempat suci di sungai suci Ganga di kaki Himalaya. Tempat suci kedua adalah Triveni di Prayagraj/Allahabad di pertemuan atau “campuhan” sungai suci Ganga, Yamuna dan Sarasvati di India Utara. Nomor tiga adalah tempat suci Ujjain di India Tengah (Madhya Pradesh) di tepi sungai suci Ksipra, dan yang keempat adalah tempat suci Nashik di tepi sungai suci Godavari di Negara Bagian Maharasthra, India Barat.

Menurut pustaka suci, festival Kumbhamela diadakan di 12 (dua belas) tempat suci: delapan ada di alam-alam Surga (astau lokantare prokta) dan empat di bumi ini (catvari bhuvi bharate). Oleh karena itulah festival Kumbhamela diselenggarakan setiap 12 tahun sekali di masing-masing tempat suci di atas. Menurut pustaka Atharva Veda, Dewa Brahma menganugrahkan festival mandi suci ini di empat tempat di atas muka bumi ini demi kesejahteraan hidup umat manusia di dunia dan kebahagiaan serta kedamaian abadi di alam setelah meninggal (caturah kumbhas caturdha dadami).

Kumbha atau periuk spiritual merupakan tempat amerta kehidupan yang dinamakan amerta Sanjivani. Kitab suci menyebutkan bahwa para Dewa, tempat suci dan pustaka suci “malinggih” atau bersthana di Kumbha (sarve kalasam tu samasritah). Dewa Visnu menempati bagian permukaan Kumbha (kalasasya mukhe visnuh), Rudra menempati bagian leher Kumbha (kanthe rudrah samasritah), Dewa Brahma sendiri menempati bagian dasar Kumbha (mule tvasya sthito brahma).

Pengadukan Ksira Arnava atau Ksira Sagara adalah cerita terkenal tentang Samudra Manthanam. Di Indonesia Samudra Manthanam dikenal sebagai Pemutaran Gunung Mandara (Mandara Giri). Cerita-cerita pewayangan banyak menjelaskan tentang hal ini. Samudra artinya lautan.. Manthanam artinya pemutaran, pengadukan, pengocokan, atau “pemblenderan”. Cerita ini di India dikenal' sebagai Samudra Manthanam, sedangkan diIndonesia karena tidak mengedepankan Samudra melainkan gunung, maka cerita Samudra Manthanam lebih dikenal sebagai pemutaran Gunung Mandara (Giri). Pemaparan Samudra Manthanam terdapat dalam kitab-kitab Purana seperti Bhagavata Purana, Vishnu Purana, Skanda Purana, dan juga dapat dijumpai pada kitab Mahabharata.

Kemungkinan besar cerita Samudra Manthanam memberikan inspirasi kepada para leluhur Bali untuk membuat bangunan Padmasana. Pada dasar Padmasana terdapat kura-kura (Kurma Avatara), ada Naga (Basuki), dan area para dewa. Pada bagian puncak Padmasana ada area Sang Hyang Tintiya. Acintya, sebutan untuk Tuhan di Bali berubah menjadi Tintia atau Tintiya. Pustaka suci Upanisad menyebutkan bahwa Tuhan sebagai Acintya tidak dapat dipahami memalui ketajaman pikiran (na medhaya).

Para Dewa (Sura) mewakili kekuatan positif dan para Raksasa (Asura) mewakili kekuatan negatif mengadakan pengadukan lautan susu, “Ksira Arnava”. Akibat pengadukan lautan susu keluarlah Racun Halahala, Ratna permata, dan lain-lain. Terakhir keluarlah Amerta Sanjivani (amrtapurna kalasam) yang menjadi dasar dari penyelenggaraan festival Kumbhamela.

Oleh: Darmayasa
Source: Koran Balipost, Minggu 17 Februari 2019

; }